Thursday, February 9, 2012

Perjalanan Akhir Kakung

image : devian art

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun..

Entah sudah berapa bulan Kakung sakit keras, yang pasti saat itu aku turut merasakan sakitnya. Meski hanya dalam batin.
Pernah karena sakit yang diderita Kakung hingga sampai keluar masuk rumah sakit. Aku, ayah, ibu, dan keluarga lain turut menemani beliau di rumah sakit.
Hal yang kutakutkan adalah ketika Kakung putus asa dengan sakit yang dideritanya, dan beliau menyerah. Aku tak berani mendengar beliau atau orang lain yang mengatakan bahwa.. jika sudah waktunya semua pun akan kembali pada Sang Pencipta.
Iya, aku memang belum bisa menerima itu, entah sampai kapan.
Aku hanya tahu aku mencintai beliau, ini alasan yang kukatakan dalam hati.
Aku tak mau berat hati jika sekedar melakukan perjalan Pasuruan-Malang hanya untuk menikmati suasana sehari bersama Kakung dan keluarga lainnya di Malang. 
Bagiku, perjalananku yang tak seberapa itu akan bermakna ketika aku bisa bertemu keluarga hangatku.

Aku ingat betul ketika ku menyobek gemas baju Kakung ketika sedang digendongnya di punggung.
Aku ingat ketika sepanjang perjalanan menuju sekolah aku selalu bernyanyi bersama beliau.
Aku ingat ketika ada PR aljabar dan beliau sampai larut malam mengajariku yang bodoh ini.
Aku ingat di saat Minggu pagi ketika beliau mengajakku senam di depan rumah sekedar untuk melenturkan otot.
Aku ingat saat beliau mendongengiku tentang Si Kancil setiap malam akan menuju mimpiku
Aku ingaaaaat! :'(

Masa kecilku yang begitu indah dengan kebahagiaan Kakung di sampingku, Kakung yang selalu tersenyum, Kakung yang sehat, Kakung yang selalu mengajakku bicara dan bercanda.
Hidup memang selalu berputar, dibalik itu Kakung juga akan sedih, susah untuk bicara bahkan tertawa, bertemankan dengan sakit, dan sangat susah untuk membuat dirinya bicara dengan orang lain karena kesehatannya yang menurun..

Ya Alloh, aku tahu Kakung adalah orang baik. Beliau rajin mendekatkan diri pada-Mu, baik pada semua orang, tak segan menolong orang yang membutuhkannya, dan menyayangi keluarganya.
Itu yang membuatku sulit kehilangan mutiara semangat hari-hariku.


Harapanku, beliau masih bisa disisiku hingga aku yang meninggalkan dunia terlebih dulu. Rasanya tidak mudah jika menelan kesedihan karena kepergian orang tercinta, baiknya aku yang pergi terlebih dulu Tuhan..

Jawaban alami adalah menangis, entah hanya ini yang bisa aku dan keluargaku lakukan. Kami tahu jika harus merelakan kepergian Kakung yang telah lama menemani kami itu lebih baik jika harus menderita merasakan penyakitnya yang semakin hari semakin menggerogoti daya tahan tubuhnya.
Tapi keduanya bukan pilihan yang mudah, iya.. kami tahu Tuhan lebih tahu akan hal ini.

Ada sepercik penyesalanku. Belum sempat meminta maaf akan segala kesalahanku pada beliau. Belum sempat meminta doa kepada beliau untuk kelanjutan hidupku, bahkan aku tidak sempat menyaksikan saat terakhirnya.. 

Panggilan telepon dari ibuku lah yang mengawali kesedihan dan kesadaranku akan harus perginya Kakung. Yang tadi sore ibu menangis mendengar dokter menyuruh keluargaku untuk menyiapkan acara pembacaan surat Yasiin di rumah. Perasaan hati yang tidak pernah tenang selama sehari ini, hingga aku memecahkan barang dengan tanpa sengaja. Ada perasaan akan ditinggalkan saat itu, hari ini.


Kakung, sepanjang lantunan doa kami persembahkan untuk perjalananmu menuju dekapan Illahi. Selamat jalan Kung, baik-baik dan selalu ingat kami selalu mencintaimu.Ya Allah, jaga dan sayangi beliau.

Catatan penuh syahdu akan kepergian pahlawan keluarga yang sesungguhnya..

No comments:

Post a Comment

 

fastadendron | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates