Wednesday, April 10, 2013

Menembus Jantung Matahari


Tumpukkan bola putih mengantar
langkah memang beban
kerikil dan bebatuan menjadi kawan
sejenak menyelamatkan, sejenak membahayakan

Mengenali pangkal menggapai ujung
memutar setapak tujuan
laksana selamanya ini adalah kenikmatan
menantang berkawan candu

Sore itu tiba
kondisi berkesan tiada terlupa
tongkat penakluk gunung membunuh matahari
Dia acungkan senjata perjalanannya

Menembus jantung matahari
..Sang Penakluk

*puisi keenam yang kutemukan ketika sibuk menggeledah file-file  jaman dulu

Perkiraan


Kepada harapan..
ku mengenalmu tidak mudah
memupuk penuh kesabaran
merawat sarat ketelitian

Ku mengira dalam kegersangan rasa
kan jatuh percikan embun
membasahi pangkal hati
menyegarkan ruang kasih

Jika itu adalah taman bunga
terlalu semerbak aroma drama cintamu
dan tak sedikit orang beranggapan fatal
bunga-bunga akan tumbuh abadi layaknya masa lalu masih kuasa kita


*puisi kelima yang kutemukan ketika sibuk menggeledah file-file  jaman dulu


Menua


Nenek semakin tua
tak hanya renta, tapi juga menderita
tak hanya berhenti bicara, tapi juga menutup telinga
yang dulu aku cucumu tercinta, seakan terlupa

Nenek semakin merindu
tentang sepeninggalan kakek tahun lali
Nek, ku ingin dekapmu
melupakan segala rasa kelabu

Dalam masa tuamu, ku ingin temani
mencuci kebaya dan kain batik
menghidangkan rendang dan semur hati
menemani petangmu di depan tivi

Nek, di sana kakek tak butuh derasnya air mata
juga rentengan keluh kesah
beliau hanya menerima kiriman doa istri tercinta
tuk hadapi dunia baru penuh asa


*puisi keempat yang kutemukan ketika sibuk menggeledah file-file  jaman dulu


Nyala


Di sudut gedung kusendiri
pojok dari paling pojok
diam dari paling diam
memandang pantulan kaca

Samar sepi membayang
terhujan remangnya sinar lampu
mengarah menuju pintu
ku tunggu nafas datang

Teringat..
di titik hitam ini hadir pertemuan
hangatnya kata
lembar demi lembar tatapan

Menerawang terangnya masa itu
terpenjara kekuatan kata
datang tak kunjung datang
ku terus bermimpi


*puisi ketiga yang kutemukan ketika sibuk menggeledah file-file  jaman dulu


Jemari


Kutemui luka di punggungmu
berlahan mengering hitam
sebagian mengeluarkan titik darah
tampak kering mengeriput

Kutemui kuku memanjang tebal
beberapa menghitam
beberapa tercuil tragis
mengikuti getar tanganmu

Dialah jemari termulia
teruntuk menafkahi orang-orang tercinta
menggenggam logam hitam legam
mengeruk kerasnya pijakan

Surga menantimu
surga merindukan jemari kotor nan suci itu
agar memegang jembatan Rahmat Illahi
berbahagialah jiwamu

*puisi kedua yang kutemukan ketika sibuk menggeledah file-file  jaman dulu


 

fastadendron | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates